“ Dia hanya harus mampu menjadi Qawwam”

Begitulah jawabku ketika seorang teman menanyakan syarat pendamping hidup kepadaku. Sesederhana syarat itu, semudah itu juga Allah mengikat takdirku.

Maka maafkan saya untuk sedikit tertawa geli pada syarat bernama; Cinta.

“ menikah dengan orang yang kucintai….”

“menikah dengan orang yang mencintaiku…..”

Sebenarnya, apakah cinta itu meyakinkan untuk menjadi sebuah syarat, bukankah syarat adalah nama lain dari “paksaan”.

Yah, saya tentu pernah merasakannya. Sebelum menikah tentunya. Saya pernah jatuh cinta pada seseorang. Sesekali dalam do’a saya menyebut namanya, dalam pintaku padaNya saya pun pernah berharap orang itu menjadi pendamping hidupku.

Sebatas rasa dan doa itu. Aku tidak mensyaratkan cinta untuk menikah. Bagiku, (maaf)…. Itu dangkal.

Ah, ini bukan tentang menjalani hidup tanpa cinta. Aku sedang membicarakan tentang sebab akibat sebuah syarat cinta untuk menikah. Apakah cinta adalah hal terpenting, mengapa tak mensyaratkan sesuatu yang lebih agung dari cinta, yaitu : Iman. Ketaqwaan.

Kau tak perlu lelah menjelajah hati, memastikan apakah cinta ada di salah satu bilik hati kalian, lalu kemudian bermain bersama riaknya yang entah mungkin telah berwarna zina, dan lapuk didera kepura-puraannya.

Dan Iman, ia selalu menghadirkan cinta pada akhirnya. Dengan cara terbaik, dengan akhir yang lebih indah. Seperti itulah cara kerjanya.

Silahkan simak pandangan bijak Khalifah Umar tentang cinta :

Seorang sahabat datang menemui Khlaifah Umar bin Khattab untuk mengadukan permasalahannya, Ia mengatakan bahwa ia akan menceraikan istrinya sebab di hatinya tidak lagi ada cinta terhadapnya. Maka Khalifah memukulnya dan dengan geram berkata : “Bagaimana bisa kau meletakkan kendali rumah tanggamu pada sebuah pintu yang mudah dimasuki syaithan!”

Atau jawaban seorang alim tentang syarat cinta itu sendiri :

“ Menikahlah dengan orang yang bertaqwa, sebab jika ia mencintaimu, ia akan memuliakanmu, dan jika ia tidak mencintaimu, ia tidak akan menghinakanmu”. 

Dan sedikit testimony jujur dariku : “bahwa meskipun menikah dengan lelaki yang tak pernah saya lihat sebelumnya dan hanya mengetahui bahwa ia memiliki iman untuk menjadi seorang Qawwam, saya hidup penuh cinta bersamanya.  :)
Dan syarat tak lain adalah niat, seperti itulah ia akan berjalan….