Semalam itu hanya riak. Aku tahu itu. Seperti sudah-sudah...
riaknya tak pernah lebih dari deburan ombak, kita tidak _atau belum_ pernah
melarung ombak selayak tsunami yang menghantam kediaman cinta dalam hati kita. Maaf
selalu menjadi akhir riak itu. Dan aku masih mencintaimu.
##
Pagi ini, kau menjemur, menyiapkan air mandi hangat untuk
Ayyash kita, mencuci piring, memasak masakan sederhana yang kau hidangkan di
hadapanku dengan sepenuh hati, hanya ikan goreng, sayur bening , nasi, dan sepiring
buah pepaya. Lalu sore hari, sepiring pisang goreng kembali kau sajikan. Aku tidak
tahu sedang merasakan apa. Mengapa dalam kemarahan aku masih saja mencintaimu.
###
Tidak ada permintaan maaf darimu yang kudengar, tapi hatiku
sungguh lapang melepas semuanya. Caramu meminta maaf tanpa kata, dan semua yang
kau lakukan untuk menebus salah, adalah bagian dirimu yang tidak bisa
kuacuhkan. Dan sekali lagi.... aku sungguh mencintaimu.
####
Maaf di antara kita telah menjadi kata asing yang mempesona.
Seperti air mata yang mengering dihembus angin. Tak butuh jemarimu atau
jemariku yang mengusapnya, ia telah terhapus oleh cinta.
setelah semalam, aku lebih memahamimu....
0 Comments