SG : Pinterest


Beberapa orang dalam hidupmu akan mempertanyakan keputusan, pilihan, dan langkah yang kau ambil. Entah mereka mempertanyakan itu sebagai sahabat untuk dapat mendukungmu dengan penuh, atau sebagai musuh untuk mencari celah kekuranganmu, atau bahkan tidak sebagai  sahabat atau musuh, hanya sekedar ingin tahu saja utuk dijadikan pelezat sambil menikmati menu-menu makanan arisan, atau bahan obrolan suatu sore sambil mencari kutu anak-anak bersama tetangga.  

Saya tiba di sini.

Ketika saya tidak harus menjelaskan apapun kepada siapapun.

Betapun saya menjelaskannya, nasehat bijak Ali bin Abi Thalib terngiang ; “orang yang mencintaimu tidak membutuhkannya, dan orang yang membencimu tidak akan mempercayainya”.

Maka saya harus merasa adil saja pada apa yang dipikirkan orang lain terhadap keputusan dan pilihan yang saya ambil. Toh, sebagaimana mereka menilai dengan sudut pandang dan pengalaman mereka terhadap sesuatu, saya pun demikian.

Bisakah kita, terhadap keputusan yang diambil orang lain untuk tidak menjadi hakim atasnya?

Kita tidak tahu kedamaian dalam pilihan yang diputuskan seseorang terhadap dirinya, yang kemudian dengan lidah kita yang tak bertulang, dengan mudahnya membuat orang lain merasa telah melakukan dosa besar terhadap apa yang diputuskannya.

Orang-orang memilih dalam hidupnya berdasarkan apa yang mereka pahami dari diri mereka, bukan dari apa yang orang paksakan untuk diterima.

Saya menulis ini setelah tatapan mata penuh penghakiman terhadap keputusan yang saya ambil. Tapi dalam rasa tertuduh yang diselipkan tatapan itu, saya bejanji, suatu hari saya akan bersyukur telah memilih untuk melangkah pergi.
_____________

Larut malam, lepas penat. Bunuh baper. Melanjutkan hidup.