Aku tak perlu membaca inginMu,
Saat mimpi ku patah-patah tak menyisa bentuk

Sekali,
Aku pernah mengintip di langit tujuh Mu..
Engkau bermain dengan puzzle mimipi-mimpi
Menukar nasib ke nasib
Mengaduk segelas air mata dan sesendok riak bahagia
Lalu menjawab prasangka di tepi asa
Tersisakah yakin itu di bilik hati kiri dan kanan?

Tanpa henti, tidak tidur,
Mati memejam mata juga bukan Engkau.

Ragu itu adalah kemanusiaan ku
Sebelum firaun yang tak kenal KuasaMu lahir di sisi ragu ku
Aku besaksi….
Tak ada jeruji mimpi di tiap lapis bumi dan langitMu
Sekeping puzzle menunggu di belahan jari-jariMu
Tersisa waktu yang belum indah
Untuk mimpi itu nyata menyapa.

Sedikit lagi,
Hanya waktu.

Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang engkau dustakan?