Heheh…  tersenyum dulu ;)

Bukan karena sedang kenyang dan senang karena dapat “anugrah” maka tulisan ini kubuat.. hanya saja sesuatu membuatku ingin menuliskannya, sesuatu itu-sekali lagi- bernama ukhuwah… (dan makan gratis mungkin… heheh..)

Bulan lalu kira-kira, seorang teman (Lia Ummi’nya putri) mengumpulkan teman-teman di sebuah warung makan, ia mengulurkan semangkok bakso untuk memancing kebersamaan, seperti itulah aku menyebutnya, dan benar saja… kami makan dan tertawa, waktu berputar dengan sopan, menyilahkan kami menikmatinya dengan lapang, tanpa beban… saya kemudian menyadari… bahwa ada saatnya kebersamaan memiliki harga yang harus di bayar… seperti Lia yang harus membayar  bermangkok-mangkok bakso yang mengumpulkan kami di warung makan itu, tentunya.
Berpose sambil nunggu pesanan... ^^v

 Mungkin seperti itulah, ukhuwah terkadang menjadi cukup hangat jika disajikan dalam semangkok bakso, saat ada rezki berlebih, wajah teman dan sahabat kadang kala lebih dulu membayang dari keluarga sendiri… entahlah…

 Selain Lia, juga Musyayyadah…

Terbersit kagum saat mendengar candaannya, “lama juga nah kutabung-tabung ini uang untuk acara kumpul-kumpul….”  , dan “wah ” bagi saya mendengar itu. Huf! Ia bahkan menyisihkan sebagian rezki yang diniatkan untuk mengumpulkan kami….

“anggaran berapa nah, untuk memberi makan orang-orang kelaparan ini?” tanyaku bercanda sambil menunggu 9 piring menu lalapan dan 2 mangkok bakso, lengkap dengan jus jeruk dan teh botolnya…

“hm, 300-an lah..”



Iri!! Itu pertama kali yang kurasa. Iri pada orang yang menyedekahkan sebagian dari rezkinya… dan malu, malu karena hanya bisa datang makan gratis… (tapi senang… heheh…)  

Tiba-tiba saya juga ingin merasakan hal yang sama yang dirasakan Lia dan Musyayyadah… rasa bahagia mereka menjadi “pemancing” kebersamaan, yang memberi kami ruang untuk kembali tertawa bersama setelah menutup hari di Arafah…

Kenyang dan masih eksis.... heheh









Hm,,, syukran jazakumullah… untuk bahagia dan rasa kenyang ini…  


Lapeeeer....