Aku  sering melupakan sesuatu, mungkin karena aku tidak pandai menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Menyimpan emas di tumpukan jerami, dan menyimpan besi karat di sebuah kotak hias penuh hormat.
Emas itu, adalah anak-anakku. Dan besi tua itu, adalah ambisi buta hidupku.
Aku lupa telah berapa lama menelaah kata anugrah terindah tentang kehadiran seorang anak. Aku lupa mereka amanah termulia, bukan sebuah batu sandungan yang mendengung di otak dangkalku. Pun sama sekali bukanlah beban seperti yang dikeluhkan pundak rapuhku…. Mereka adalah aku.

Aku seutuhnya.

Seperti hidup yang tidak bisa memberi segala yang kuharapkan, tentang cita, mimpi, harapan dalam satu zaman waktu yang berputar …. Berapa umur yang kumiliki dalam satu kesempatan hidup seperti ini?

Mungkin 30, 40,… 50 ataukah takdir sekaratku bahkan mungkin telah di depan mata.
Aku melupakan satu hal penting tentang jejak, generasi, seorang yang meneruskan hidup kita bahkan saat kita tidak lagi bernafas.

Yah, mereka anak-anak. Kehidupan yang bermula dari rahim kita, dan akan hidup untuk kita.

Mungkin iya, aku tidak bisa mendapatkan segala yang kuimpikan dalam hidup ini, tapi mereka akan mendapatkannya untukku. Karena mereka, aku akan hidup lebih lama,,,,, dalam nafas mereka, dalam bahagia dan duka mereka.
Dalam diri mereka.

Mungkin benar, tersebab kebodohan ini aku belumlah menjadi ibu yang baik