Maaf …


Aku tahu layaknya itu kukata dengan mulut, bukan bait-bait kata, tapi inilah pengecutnya diriku. Kubiarkan kau mengetahuinya… sebab setelah ini, akan banyak lagi nelangsa yang kau temui dari diriku.


Maaf …

Semalam aku mengintip di kedalaman hatimu. Kutemui diriku dengan sebilah pisau menyayat dinding rasamu. Aku tidak percaya sekejam itu perempuan yang selalu mengumbar berupa-rupa kata cinta padamu. Aku tidak percaya itu aku. Tapi sungguh, benar adanya.


Maaf …


Bukan dirimu jika biarkanku berlalu dengan diam. Tapi diammu tetaplah cinta bagiku…. Ah, bisakah kau hukum aku dengan lebih keras ? agar aku tahu apa itu sakit, agar diammu tak selalu cinta bagiku… tapi seperti itulah dirimu. Itulah mengapa aku bahagia dalam penjara hatimu.



Maaf … Maaf … Maaf …

Aku  tahu tak lama lagi cintaku mati di tepi maaf. Tapi aku akan kembali hidup untuk meminta maaf, lagi dan lagi.