Alhamdulillah, Januari kemarin
menghabiskan 3 buku sekaligus.
Hal yang telah lama menjadi bagian
dari peraturan hidup yang kubuat, membaca buku-buku inspiratif di awal tahun.
Sebenarnya, ada beberapa daftar buku
wajib yang harus dibaca pada Januari kemarin, ini dia :





Hm, tapi tidak satupun dari target
buku-buku itu yang berhasil kueja karena …. (lagi-lagi alasan tertentu). Akhirnya,
agenda Januari itu, bergeser menjadi agenda untuk bulan Maret, sebab InsyaAllah
di bulan ini akan banyak hari yang tersedia untuk mengenyangkan rasa lapar pada
buku.
Tetap saja, meskipun tidak pada
buku-buku yang telah di list itu, saya membaca buku pinjaman dari seorang
ustad, teman dan tentu buku yang telah lama ingin kubaca tapi hanya terselip di
jejaran rak.
Hm,ini dia… buku yang pertama …
Saya selalu kagum pada pemikiran dan
bahasa yang tertuang dari seorang Anis Matta. Berbicara masalah apapun, selalu
menjadi mudah untuk dicerna, dipahami, lalu diterapkan. Idealisme,
rasiaonalitas, dan pengalamannya adalah sebuah cermin bagi saya. Ah…
menggambarkan seseorang bukanlah kemahiran bagi saya, tapi ini benar-benar
sosok yang sangat inspiratif. Dan buku ‘serial cinta’ mempertemukan saya pada
makna cinta yang jauh dari cengeng-melankolik.
Sedikit dari buku ini, bagaimana
sang penulis menggambarkan cinta :
Seperti
angin membadai.Kau tak melihatnya. Kau merasakannya.
Merasakan
kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun.
Atau
merangsang amuk gelombang di laut lepas.
Atau
meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan.
Begitulah
cinta.
Ia
ditakdirkan jadi kata tanpa benda.
Tak
terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat.
Seperti
banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya.
Kau
hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan
bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya.
Dalam
sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia
kembali tenang.
Demikianlah
cinta.
Ia
ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuatan besar.
Seperti
api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Kau hanya bisa menari di sekitarnya
saat ia mengunggun.
Atau
berteduh saat matahari membakar kulit bumi. Atau meraung saat lidahnya melahap
rumah-rumah, kota-kota, hutan-hutan. Dan seketika semua jadi abu. Semua jadi
tiada.
Seperti
itulah cinta.
Buku kedua yang khatam, masih karyanya : Delapan Mata Air Kecemerlangan…
###
Benar-benar beruntung rasanya menemukan buku ini di awal tahun. Sebab ia mengenalkan diri untuk meningkatkan kualitas diri melalui konsep yang sangat jelas dan menyeluruh. Layaknya Islam yang tidak pernah setengah-setengah dalam semua aspek kehidupan….
Delapan mata air itu bermula dari :
konsep diri, lalu cahaya pikiran, kekuatan tekad, keluhuran sifat, menajemen aset
fundamental, integrasi social, kontribsi dan yang terakhir : konsistensi.
Sedikit pengantar :
“ Diawali dari kesadaran akan
peran, Delapan Mata Air Kecemerlangan akan menegaskan bahwa tujuan hidup itu
sudah given.
Yang harus kita lakukan adalah memilih peran. Tetapi memaksimalkan peran harus kita lakukan dengan memahami satuan waktu sebagai bekal untuk menghasilkan satuan amal. Selebihnya adalah bagaimana kita bermanfaat bagi sesama. “
Yang harus kita lakukan adalah memilih peran. Tetapi memaksimalkan peran harus kita lakukan dengan memahami satuan waktu sebagai bekal untuk menghasilkan satuan amal. Selebihnya adalah bagaimana kita bermanfaat bagi sesama. “
Karya ini adalah jawaban dari kebingungan saya mengkonsep
hidup. Mungkin bagi beberapa orang, mengkonsep diri adalah hal biasa, tapi
sungguh,,,, bagi saya… itu pernah menjadi hal yang rumit. Tetunya, sebelum saya
menemukan buku ini…
###
Dan terakhir….
Sudah sangat lama buku ini masuk
daftar baca, yah… sejak diterbitkan tentunya.
Itu berarti sejak tahun 2008, tapi baru membacanya setelah cetakan ke
6-2011…
Apa jadinya? … saya menyesal !
Harusnya buku ini kubabat habis
sejak ia di terbitkan. Sebabnya, setiap kali saya membaca sebuah buku, saya
selalu menuliskan hal baru yang saya dapatkan dari tiap halamannya, entah
mengcopy-paste kalimatnya lalu menuliskan kalimat inspiratif itu dari siapa,
atau menyusun ulang pemahamanku dari apa yang sudah kubaca dengan bahasaku
sendiri. Dan buku ini…. Membuat tanganku kriting menulis hal-hal baru di dalamnya….
Sangat menggugah.
###
Nah...
Ada begitu banyak buku berisi
hal-hal baru yang mungkin mengejutkan, tapi lebih banyak menyadarkan. Yah,
sebab kita telah mengetahui banyak hal dari yang tertulis di buku tersebut
sejak dulu, tapi karena kita manusia, maka lupa adalah bagian dari kemanusiaan
itu.
Membaca, menemukan yang terlupa dan
mengembalikannya pada kita. Dalam bentuk yang baru.
0 Comments