Dalam mimpi,  ada yang menanyakan kabarku...

Entah, boleh kutahu siapa kau yang menanyakan kabarku? Tak banyak orang yang butuh tahu bagaimana kabarku, dan kau bertanya,  aku senang. :)

Entah kau,  
Tapi aku,  beberapa hari lalu baru saja menambah beberapa huruf di belakang namaku. Orang menyebutnya gelar. Aku merasainya beban. Ah, untunglah aku seorang ummi, profesi mulia seumur hidup. Jadi meski tak menjadi apa,  aku bebas dari jerat kata pengangguran. 

Rafiah. S.Pd.I...

Tertawakan saja jika kau merasa lucu. Aku tidak keberatan, kurasa diriku juga belum banyak bermanfaat,  untuk apa pula gelar itu jika tidak dengan manfaatnya.. :)

Entah kau, 
Aku punya kebiasaan baru sekarang. Duduk di teras menekuri senja. Gesekan daun bambu oleh angin di depan rumah selalu berhasil mencuri senyumku. Aku duduk sambil mengamati anak-anak berlarian-bermain di sekitar rumah,  kadang sambil menyelesaikan beberapa lembar halaman al-Quran hingga menggenapi 1 juz,  kadang ditemani novel Hosseini yang belum selesai kubaca karena kesibukan skripsi yang menguras semuanya. Duduk seperti itu, seperti pulang pada diriku. Nyaman.

Entah kau, 
Tiba-tiba saja aku terobsesi pada Turki. Aku ingin ke sana,  rencana S2. Tapi mungkin belum saat ini,  formulir online pendaftaran untuk masuk telah tutup tanggal 31 Maret bulan lalu. Aih,  Kak miftah mengizinkanku menjejaki pendidikan S2 sambil berujar begini :"rasanya tidak nyaman kalau ade tidak ada di rumah" .... yah. Aku mencintai kejujurannya. Aku juga mencintai rumah. Dan dia mencintaiku berada dalam rumah... ahaha.. betapa banyak cinta... :)

Entah kau, 
Belakangan,  rindu pada Mama membekukanku. Ada sesuatu yang menyala dalam hatiku,  sesuatu yang bernama warisan. Aku ingin mewarisi karir hidupnya. Sebagai Daiyah,  Murabbiyah. Beberapa kali,  di tempat yang tak kusangka dan waktu yang kebetulan,  aku bertemu ummahat yang saat tahu aku putri Ibuku,  mereka memelukku. Matanya berkaca. Lalu terucap kalimat yang sama dari bibir yang berbeda-beda : "Nak, MasyaAllah,  Baik sekali itu Mamata, Tidak bisa kulupa itu Ibu." Hm,  akupun,  demikian. :)

Entah kau, 
Aku selalu membayangkan sebuah istana di syurga. Aku membayangkannya lengkap dengan kamar pribadiku,  kamar anak-anakku, gorden jendela yang menjuntai  berwarna krem berpadu hijau muda,  halaman depan yang hijau, sebidang kebun yang dipenuhi berbagai macam buah di bagian samping,  dan halaman belakang tempat aku menghabiskan waktu bersama suami dan anak. Lalu aku tertawa sendiri,  Masihkah aku satu istana dengan anak-anakku? bukankah mereka akan memiliki istana sendiri bersama bidadarinya? Oh,  bukankan di syurga semuanya menjadi muda dan sebaya? ..... ????

Entah kau, 
Tapi aku merasa sedang hidup dengan kehidupan yang sungguh.



Bagaimana denganmu?