Jika kau beruntung,  itu salah satunya karena kau memiliki teman tempat bertanya(bagi kebanyakan orang) hal tidak penting yang bagimu cukup penting. Dan syukurnya,  aku memilikinya. :)

Aku ingat betul waktu itu,  sepulang kuliah di kampus UMI,  kami berjalan santai, lebih tepatnya setengah lelah. Aku bertanya padanya tentang hal apa yang kadang menakutkan baginya sebagai perempuan. Sebelum ia menjawab,  aku sudah memberi jawabanku sendiri,  seolah aku tidak ingin kami memiliki jawaban yang sama,  ketakutan yang sama.

Kataku : "aku takut menjadi perempuan tua".

Katanya :"aku takut menjadi penyakitan"

Saat itu,  aku lebih memahami jawabannya dibanding jawabanku sendiri. Kurasa ia lebih rasional memilih ketakutannya. Penyakit. Benar,  apa yang menyenangkan sedang kau berpenyakitan,  tak punya daya,  dan hanya menyusahkan orang lain. Sudah kukatakan bukan,  memiliki teman tempat bertanya sekaligus yang dapat memberimu jawaban yang sekejap membuatmu berpikir ulang tentang sesuatu adalah keberuntungan. :)

Malam ini, aku memikirkan tentang jawabanku sendiri. Menjadi perempuan tua. Kurasa,  aku tahu mengapa aku takut akan itu.

Menjadi perempuan adalah hal yang penting. Terlebih saat telah menjadi Ibu. Setiap hari dipenuhi suara-suara memanggil namamu, itu adalah panggilan KEBUTUHAN. Ya, perempuan adalah titik kebutuhan. Tapi saat kau tua,  butuh banyak adaptasi. Anak-anak yang beranjak dewasa tidak lagi banyak mengeluarkan suara meminta pertolanganmu,  kadang-kala bahkan kalimat nasehatmu tak ubahnya dengungan serangga yang menggangu telinga. Melakukan sesuatu pun sering kali disalah-pahami maksudnya,  dan kebanyakan... perempuan tua tidak lebih dari beban dalam rumah(terlebih jika itu rumah anak lelakinya yang telah menikah).

Yah, kuharap, aku jauh dari ketakutanku saat tiba takdirku menjadi perempuan tua. Aku masih bisa menikmati hujan sambil menulis puisi dengan tangan kriputku yang sedikit bergetar menahan usia, menghabiskan sore membacai buku-buku, sesekali mengunjungi anak-cucu demi menunaikan rindu mereka,  dan yang paling kupinta dalam do'a,  adalah saat rabun mataku tak menghalangi lidahku basah mentilawahi lembar-lembar Al-Quran.

Perempuan tua yang mandiri. Bukan benalu,  tidak juga beban.
Kuharap begitu. :)
___________________________________

Dan rasanya lega aku memahami mengapa aku menjawab :"menjadi perempuan tua".

Bima,  Malam,  8/5/2014_20.52