Kumpulan cerpen karya Chitra Banerjee, pinjam dari kak Atun :)

Waktu aku beranjak dewasa di Calcutta,  ibuku punya satu ungkapan yang sangat disukainya: Cinta seorang pria baik bisa menyelamatkan hidupmu.*

Untuk beberapa saat, saya tertegun di paragraf ajaib itu. Saya berhenti membaca, novel di tangan saya terkatup pasrah, saya menarik nafas pelan,  dan sedikit berhati-hati,  mata saya bergerak melirik lelaki yang duduk tak jauh dari saya sambil bermain ringan dengan anak-anak. Saya tersenyum,  tidak lagi dengan lirikan,  saya menatapnya lama. Dalam. Sampai saya tiba pada satu kesadaran manis: Dia lelaki baik dengan cinta yang menyelamatkan hidup saya. Qawwamku.

Cinta pria baik.
Saya tidak banyak tahu tentang itu, meski saya beruntung memilikinya. Sejak awal saling mengenal,  bukan ketergila-gilaan yang ada di antara kami, terlebih untuk dikatakan mabuk,  aih! Kami menjejaki diri dengan pelan,  membuka satu-satu topeng di antara kami,  kadang dengan kecurigaan, tapi kepercayaan selalu punya porsi yang besar,  selebihnya, kami biarkan waktu mengambil peran inti. Bukankah waktu sangat pandai dalam hal cinta?

Maka tak terhingga syukur saya,  atas diri yang belum jua lurus-dewasa ini,  Allah genapkan diin saya dengan lelaki baik itu. Hati saya, belum juga sempat melangkah berkelana, doa-doa saya belum pantas disebut khusyu', dan lagi,  saya terlalu banyak lubang nganga kepribadian. Tapi dari lelaki baik, (saya beritahu padamu) selalu ada kehidupan yang baik.

Terpujilah nasihat bijak Umar ibn Khattab:

"Pilihlah yang memiliki iman (kebaikan), jika ia mencintaimu,  ia akan memulikanmu,  dan jika ia tidak mencintaimu,  ia tidak akan menghinakanmu."

Satu lagi kenyataan :
"kehilangan cinta,  meski bukan dari laki-laki baik,  bisa membunuhmu."**

________ Bima,  7 Mei 2014. 21.47

*  Buku The Unknown Errors of Our Lives,  Chitra Banerjee, h. 96
** Ibid, h. 98 (masih dihantui skripsi) :D