11 April 2008, Kau lahir dan itu
adalah saat pertama aku menjadi Ibu. Mungkin karena menjadi Ibu adalah pijar
kenangan yang tak kan habis, Allah sediakan ingatan yang luas tuk mengenangnya.
Nak, ada banyak maaf yang ingin
kuminta darimu. Untuk semua hari-hari yang terlubangi oleh kelabilanku, naifku,
juga ketidak-tahuanku tentang menjadi ibu yang baik. Tetapi kau, tetap jua tumbuh
mendewasa dalam kanak-kanakmu.
Tahun ini, aku melihat begitu
banyak “Abi” dalam dirimu. Ketika hari pertama kau injakkan kaki di ruang kelas
1 SD, dengan malu-malu, kau meletakkan tas merahmu dan duduk di bangku mungil
itu. Aku memandangimu lama di pintu, melihatmu melempar senyum pada kawan yang
tak kau kenal di seberang meja, aku tahu, kau akan menjadi anak yang ramah.
Seperti Abi.
Sebulan kemudian, kau pulang dari
sekolah dan bercerita bahwa kau menjadi Imam shalat dzuhur memimpin teman-teman
di kelas, katamu tak ada teman yang berani, jadilah kau maju. Hm, itu juga sifat
Abi.
Beberapa kali, aku mendapati
pensil baru di kotak pensilmu. Saat kutanya tentang pensil itu, jawabmu
membuatku malu. “itu toh ummi, kubeli di toko dekat sekolah pake uang
jajanku, karena pensilku sudah pendekmi”. Ah... aku selalu lalai
menyediakanmu alat belajar, dan kau dengan sendirinya menggunakan uang jajanmu
untuk menutupi kelalaianku. Seperti juga sepatu yang sampai lubang alasnya kau
pakai dengan sabar. Nak, ajari ummi untuk tak mengeluh sepertimu....
Suatu siang sepulang sekolah,
dengan bersemangat kau mengatakan : “Ummi, bukami celenganku. Mau semua
kusumbangkan untuk Palestina”. Dengan kata apa kutuliskan haru yang meliputiku
saat itu? Sungguh kata tak lagi cukup. Aku benar bangga padamu.
Kau juga tidak malu berjualan di
sekolah. Jika aku ke pasar, kau selalu menitip “agar-agar jelly” untuk kau
jual, dan senyummu lebar saat untung Rp.2000 kau masukkan dalam celengan
mobilmu. Kau anak yang bersemangat. Menyala seperti Abi.
Kakak Fathi...
Tahukah kau nak, kadang aku takut
kau tumbuh begitu cepat, ketika waktu dan takdir membawamu pada hidup yang jauh
dariku. Aku masih ingin memelukmu seperti bayi. Duduk berdua di atas sajadah
sehabis shalat maghrib dan mengulang hafalan surah-surah pendekmu, mendengarmu
mengucap salam dengan suara besar saat kau pulang dari sekolah, juga
mendengarmu bercerita tentang teman-temanmu. Aku akan merindukan semua itu di
hari tua nanti, bahkan mungkin jauh sebelum aku tua, aku akan merindukan semua
waktu itu.
Jadilah anak yang baik, Sebaik
Abi, atau Lebih baik dari Abi. Tidak usah seperti ummi yang masih labil ini...
Kami menyayangimu. Penuh. Utuh.
![]() |
4 Bulan |
1 Tahun |
2 Tahun |
![]() |
6 Tahun |
![]() |
*Catatan di hari ulang-tahun ke-7,
tanpa balon, tanpa kue dan kado ulang tahun. Kelak kau akan tahu, ada bahagia
yang tersusun dalam sunyi. Dalam doa
yang berbisik, Anakku.
0 Comments