Belum lewat semalam, dan ada yang tidak bisa menyembunyikan rindunya. Air matanya tumpah, isaknya terdengar sesak. 

Dulu, setiap kali ditinggal lama sama Abi, hanya saya yang melankolis seperti itu ;  malam uring-uringan tidak bisa tidur, ambil baju kaosnya yang masih bersisa aroma badannya untuk teman tidur, dan setiap menit menengok hp kalau-kalau si Abi mengirim pesan, biar cuman tulisan singkat : "bagaimana kabar de ?" 

Tapi, sifat melankolis itu ternyata menurun pada Rangga. Malam ini sebelum tidur ia menangis sesegukan sambil memeluk bantal gulingnya, alasannya ; "rindu sama Abi"....  dan saya ikut menangis bersamanya. 

Rindu dan air mata adalah sepasang bagi saya. Mungkin juga bagi Rangga. Jika kami rindu, selalu butuh air mata untuk melepasnya. Maka rasanya, kata-kata Ayyash termasuk diskriminasi sifat melankolis kami saat dia nyeletuk santai melihat Saya dan Rangga saling berpelukan dengan berurai air mata karena rindu sama Abi, katanya ; "kenapaki menangis? Saya juga rinduja sama Abi tapi tidak menangisja.... nda cengeng ja... " ucapnya santai sambil main game hp. 

Hikz hikz hikz............... apalahhhhhh nakk, ini bukan cengeng.... ini rinduuuuu....  😢😢😢😢😢😢😢😢😢

----------------------------

Setelah itu, Rangga tertidur di samping saya usai menangis. Tangannya masih memegang tissue, rasanya ini salah satu bagian terbaik saya bersama Rangga dalam hal berbagi perasaan. Untuk beberapa saat, saya menyadari bahwa anak-anak kita punya wilayah perasaan yang berbeda. Kakak fathi menutupi rindunya cukup dengan bertanya banyak hal tentang Abi, Rangga melepas rindunya dengan air mata, dan ayyash......  hhhh.... sepertinya bermain game sambil menahan rindu adalah cara yang keren untuknya. 😅😅😅

InsyaAllah, semua perasaan rindu ini bermuara pada kebaikan-kebaikan Abi yang melekat dalam hati mereka, pun hati saya.



Rangga dan rindu yang dibawa tidur. 


Larut malam, 2 september 2017.
dan saya, melepas rindu dengan menulis ini.