sumber : Pinterest

Sudah sampai di mana saya dengan semua kalimat yang dipaksakan bijak saat berbicara denganmu?

Lihatlah ujian, begini banyak, begitu melelahkan. Sedang yang kau datangi hanyalah seorang “saya”, yang bahkan belum penuh untuk jujur tentang diri yang serasa hidup dalam cangkang kosong.

Hari ini saya membawamu pulang pada ujian-ujian para Nabi dan Rasul, tentang paradoks dari wajah ujian yang mereka hadapi. Tapi ada rasa malu yang menyelusup ringan, tentang bagaimana saya jika berdiri di wilayah ujianmu, mungkin mengunyah nasehatku sendiri akan sama rasanya seperti mengunyah batu.

Jangan percaya saya.

Percaya saja pada ketulusanmu, kau terlahir dengan itu, mungkin itu sebabnya nama dari ujianmu hanyalah penerimaan dan tawakkal.

Lalu Allah pertemukanmu dengan saya ini, yang selalunya lebih bijak pada orang lain dari pada diri sendiri. Mungkin itu sebabnya kita selalu di sisian jalan yang sama, agar saya menjadikanmu cermin untuk tidak lupa diri.

Selamat untuk begitu banyak CintaNya kepadamu. Bukankah Dia mencintai hambaNya dengan ujian?

Salam.
________________


Larut malam di pergantian bulan yang indah.