Terlalu banyak hari yang terlewat, sesekali indah, sesekali
berair mata. Tapi sebelum dingin dalam kenangan, menuliskannya akan membuat
hari-hari itu hangat dalam ingatan. ,
Sabtu-ahad 10-11 februari’12, Final semester 3 di mulai.
Dalam sms info, tertulis pukul 7.30 di mulai,,, tapi karena
saya orang Indonesia, jam 8 baru berangkat, itupun menunggu 1 jam lagi pengawas
ujian datang barulah ujian final di mulai. Indonesia sangat!

Pukul 15 lewat sedikit, waktu ashr menjelang, kami bubar. Tangan
keriting, otak cenat cenut, dan sorak2 perut kelaparan sebandinglah dengan
kemerdekaan untuk sabtu yang panjang ini. Dan rezki bagi si penjual kue
beroncong dengan harga hemat tradisional : 1000/ 4 biji.. (murah kan?..) yang
melintas di depan kami begitu keluar ruangan. Meskipun sedikit ragu karena
keterbatasan uang, jannah memutuskan berteriak memanggil pak broncong yang
terus melangkah menjauh,,, paaaaak, paaaak, broncooooong…
Setelah mengucap terimakasih pada bapak broncong, kami pun
sibuk mencari tempat yang pas untuk memakannya dan Tepi jalan pun menjadi pilihan
terakhir. _indah.._
Namun begitu,
broncong bukanlah klimaksnya, masih ada besok yang semoga lebih baik dan mudah
dari hari ini.
Hari ini benar-benar melelahkan dan melegakan.
---
Senin, 12 februari 12
Seorang teman datang mengetuk
pintu pagi-pagi sekali, sesuai janjinya kemarin. Masrurah. (temanku ini, adalah spesies langka
orang Indonesia yang masih bisa tepat waktu).. heheh..
"baruko bangun?" tanya nya spontan melihatku brantakan dengan mata merah.
"he'eh, heheh..." _malu_
Tangannya menenteng sekantong
lontong yang telah ia siapkan, hari ini mungkin adalah klimaks dari sabtu ahad
yang panjang. Dengan semangat, Lula melumat semua rempah2 yang telah kusiapkan
sejak kemarin. Mengupas bawang, memasak sayur, menggoreng ayam, menumis bumbu,
mamanaskan air, memotong jeruk nipis, mengiris daun bawang dan daun sup,
memotong dadu agar-agar, menncabik daging ayam yang telah digoreng dan
memisahkan tulangnya, merendam ‘lassa’… semua
dikerjakan lula tanpa ba-bi-bu. Di mataku, ia menjelma seorang Chef ahli. Dan kami
pun siap menyambut teman2 yang lain dengan menu “soto banjar ala chef lula”. _(ssstt,
sampai suamiku yang notabene agak kritis soal rasa makanan, memuji soto banjar
buatan nya loh,,! Iri !)_
-me and chef lula- |
sebelum semuanya basi dalam ingatan, berharap setiap kata membuatnya hidup dalam episode ku.
oh! hampir lupa, terimakasih ku yang sangat tuk chef lula yang telah menemaniku membuat klimaks yang indah hari ini.
_sering-sering aja_
0 Comments