Link Gambar


 Terdengar kabar tentang seorang dari kita, sebuah kelahiran. Lagi.
Begini jauh waktu membawa kita, dan demikian kuat hati kita dari waktu yang berlalu itu. tak akan pernah habis memang kisah-kisah menjadi kekata cerita tentang kita, meski belahan bumi menyembunyikan kita di  garis peta nun jauh di sana.

Sampai sudah kita di pijakan ini. Ketika syurga dengan indah bertahta di bawah telapak kaki kita. Dulu sekali, (ah, entah kapan kata “dulu” menjadi demikian singkat terasa)... saat kita menjadi buah hati dengan kegenapan cinta dan kasih orang tua, putri-putri kesayangan mereka, lalu kini kedua telapak tangan kita telah menimang hangat bayi-bayi dengan pesona makhluk syurga.

Betapa kita telah jauh menjejak fase dalam keremajaan usia kita. Saat perempuan lain masih cadel berbicara di usia 17 tahun mereka, kita bahkan telah menanggung mitsaqan ghaliza dengan pilihan terbaik dariNYa. Ketika gadis-gadis seusai kita sibuk memilah-milih lelaki dengan topeng monyet cinta mereka, kita telah menyediakan hati yang setia pada seorang Qawwam, dan... inilah kita, telah bermahkota seorang IBU di usia ketika wanita lain baru saja selesai berhura-hura dengan hidup mereka.
Tidakkah ini menjadi sesuatu yang begitu manis, kawan ....

Kita telah sempurna sebagai perempuan jauh sebelum kriput menggaris di wajah kita. Kita adalah seorang putri, Istri dan Ibu!

Hingga detik ketika jemari ini menuliskan tiap kata dalam tulisan ini, wajah wajah kalian membayang  sangat jelas dalam ingatanku. Metamorfosis kita sungguh indah : kesederhanaan menjalani nasib, menyandar utuh pada kebaikan takdirNya, dan mensyukuri hidup dengan tanpa sesal.

Sekali lagi, kita dihadiahi Allah seorang anak dari saudara kita. Kutahu, kebersamaan telah menjadikan anak di antara kita tak ubahnya anak sendiri. Lihatlah .... Rahim keimanan melahirkan begitu banyak saudara yang tak butuh kental darah dan isapan susu yang sama. Kasih mengakar dengan sendirinya, bersama waktu, bersama kebersamaan itu sendiri.

 Kita masih menanti, beberapa lagi ... bulan depan, kemudian bulan depan, kemudian bulan depan... lagi, lagi, dan lagi... anak-anak dari rahim persahabatan kita. Putra-putri yang di nanti dengan doa-doa di tengah sunyi tanpa pernah kita tahu. “ semoga kalian dimudahkan dalam proses melahirkan generasi islam, semoga putra-putri yang terlahir dari diri kita kelak akan meneruskan tali ini... Persaudaraan Ar-Ruhul Jadid”.

Salam takzim nan sayang, dariku...
Kepada kalian yang telah bermetamorfosis dengan indah. IBU. {}