● Ini tetaplah hari yang sama, entah tanggal atau tahun yang berganti, sesungguhnya, kitalah yang menjadikan suatu hari menjadi berbeda.

Jadi, hidup sebenarnya adalah perjalanan pulang. Pulang pada kampung halaman tempat orang tua pertama kita menjalani hidup sebelum terusir : Adam & Hawa. Ya, syurga harusnya adalah kampung halaman kita sebenarnya. Bagaimana bisa kita lupa tentang syaitan yang membuat orangtua kita terusir, sementara kita jadikan ia sahabat di perjalanan pulang ini.... Padahal jauh sebelum kita lahir, setan bahkan telah bersumpah akan membawa kita ke neraka, menemani mereka meneguk nanah, menelan buah berduri, sambil abadi dilalap api.

Pernahkah kita memikirkannya saat kita habiskan waktu dalam kesia-sian? Bukankan itu mubadzir waktu? dan kita tahu, seorang mubadzir tidak lain adalah teman si makhluk api.

I'maluu maa syi'tum. Kerjakanlah apa yang ingin kau kerjakan. Itu potongan ayat di surah Al-fushilat, jika kau ingin tahu. Pakailah sedikit waktu yang ada padamu untuk merenunginya. Setelah Allah SWT dengan maha kuasaNya menyempurnakan kita, manusia, dengan akal, hati, dan jiwa, kemudian  menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang yang haq dan batil, lalu diserahkanNya segala pilihan pada kita. Ya, kerjakanlah apa yang ingin kau kerjakan.

Setelah berlalu hari-hari dunia, akan tiba hari pembalasan. Segalanya, seluruhnya, tanpa terkecuali.

Hari ini, setelah semalam langit penuh kembang api, perayaan katanya, semoga kita tidak lupa tentang perjalanan pulang kita.

Mungkin sudah dekat waktu kita,
Tapi tak pernah kita tahu, kampung halaman mana yang kita tuju.

Selamat berbenah diri.
___________
Catatan untuk diri pribadi.