Memang hal paling mudah yang bisa kita lakukan untuk melukai diri sendiri adalah membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain.


Sebenarnya, di mana batas perbandingan itu masih relevan untuk kita lakukan atau sudah menjadi penyakit? Batasannya adalah efek rasa yang ditimbulkan: apakah membandingkan diri itu membuat syukur, atau malah kufur.


Sesederhana itu.


Seperti nasehat sang Nabi kepada kita:

"Lihatlah ke bawah, maka kamu akan bersyukur"


Namun begitu, melihat ke atas pun masih bisa kita lakukan untuk mengatur langkah mendaki anak tangga kebaikan.  Kita bisa melihat yang lebih kaya hanya untuk iri pada kedermawanannya. Pun kita diizinkan untuk melihat yang lebih berilmu hanya untuk iri pada manfaat yang diberikan oleh keilmuannya, bukan popularitasnya. 


Lebih dari itu tentu saja yang paling bijak adalah membandingkan diri dengan keadaan diri kita sendiri sebelumnya. Ini ajaran agama. Punya filosofi sendiri. 


Karena bagaimanapun, kita tercipta dengan sangat unik. 

Latar belakang, jalan hidup, tantangan, kepribadian, pengaruh eksternal lingkungan, maupun cara pandang kita merupakan faktor-faktor pembeda kita dalam menjalani kehidupan. Kita tidak akan pernah sama dengan orang lain. 


Kehidupan menghendaki kita memilih tangga dan langkah kita sendiri. Tinggi-rendahnya titian anak tangga yang telah kita daki tidak akan bisa menjadi tolak ukur kesuksesan. 

Karena bagaimanapun, nilai kesuksesan seseorang juga adalah tentang persepsi diri. 


Itu sebabnya, bahkan jika kehidupan kita amat sangat biasa, kita tetap bisa menyebut diri kita sukses. Tergantung bagaimana kita melihat nilai diri ini. Kegagalan paling nyata dalam kehidupan seseorang justru ketika berusaha menggapai langkah di tangga orang lain. 


Buat peta kita sendiri. Tentukan anak tangga yang akan kita daki. Berikhtiar. Bersyukur untuk segala kebaikan yang telah kita dapatkan. Yakin saja, Allah Ar-Rahman menciptakan kita bukan untuk menyusahkan hidup kita, hanya saja butuh hati yang lebih lapang mengenali jalan bahagia kita.


***


Catatan Siang, SPIDI, 15 Nov 2022