Pagi ini, di tengah proses mengajar, bunyi pesan WA masuk. Di layar hp nampak notifikasi “Qawwamku” sebagai pengirim pesan. Itu berarti si pak jendral.


“De, sarapannya saya titip di pos satpam, ambil segera selagi hangat”


Saya membaca pesan itu dengan senyum sumringah. Suami saya untuk beberapa saat ini punya lebih banyak waktu di rumah saat saya sedang sibuk-sibuknya menikmati kembali peran seorang guru di SPIDI. Kadang saya tidak sempat untuk mengunyah sarapan karena harus berangkat tepat waktu. Disitulah Abi terkadang membuat sarapan ringan dan menitipkannya di pos satpam sekolah yang memang tidak terlalu jauh jaraknya. 


Kotak bekal itu isinya sangat sederhana. Roti tawar dengan isian telur ceplok setengah matang dan diolesi saus sambal dan taburan keju. Sangat nikmat.


Sambil mengunyah sarapan buatan suami itu, saya memikirkan tentang apa yang benar-benar saya butuhkan dari seorang lelaki. Khususnya suami.


Saya tersenyum kecut menyadari bahwa saya pernah punya ekspektasi yang terlalu tinggi tentang kehidupan rumah tangga dan dengan siapa saya akan menghabiskan waktu dalam bahtera itu. Kenyataannya, bahwa 15 tahun pernikahan yang kami jalani, hari-hari yang berganti menjadi lebih ringan dengan saya belajar menerima apa yang benar-benar saya butuhkan. 


Saya menjadi lebih lapang dada saat saya mencerna bahwa penerimaan diri adalah titik paling menakjubkan untuk menerima apapun dalam kehidupan kita.  


Menerima diri saya bahwa saya ternyata lebih butuh dengan suami yang humoris daripada romantis. Saya lebih butuh lelucon menggelitik yang membuat saya tertawa geli daripada seikat bunga atau lilin di meja makan restoran yang mahal. 


Menerima diri saya yang lebih nyaman dengan suami yang kasih-sayangnya ada pada tiap gerakan kecilnya, bukan hanya pada lembaran materi yang diberikannya di awal bulan. -Menyelimuti, membantu cuci piring, memijat tubuh yang kelelahan, membuatkan kopi atau jus di pagi hari, mengirim sarapan, menemani kemanapun saya merasa butuh untuk didampingi, dan selalu bisa diandalkan-.


Suatu hari saya akan kembali membaca tulisan ringan ini. Mengingatkan kembali diri saya tentang hakikat menerima. 


Kehidupan, orang-orang yang hadir dalam kehidupan kita, dan hal-hal yang terjadi dalam perjalanannya…. Semua adalah pemberian.

Jika kita menerima pemberianNya dengan baik, Allah Swt akan berikan yang lebih baik, meskipun tidak selalu dalam bentuk bingkisan yang indah. 


SPIDI. Hujan Awal Januari. 2023.

******


Foto Kenangan kencan di pesisir Lantebung.