"hidup kita dipenuhi orang-orang yang kita inginkan tapi tidak menginginkan kita"

Kurang lebih, kalimat ini mewakili kisah orang-orang biasa yang dituliskan Andrea Hirata dengan paradoks kehidupan yang rumit. Novel ringan ini, tidak bisa dibilang receh meski kisah yang diangkat benar-benar sederhana. Dengan lembaran halaman yang bisa habis dibaca antara waktu dzuhur-ashar saja, Andrea Hirata sukses mengaduk rasa dalam paduan riak Cinta, Rumah Tangga, Harga Diri, Penerimaan, Penantian, sekaligus Intrik Mafia Jalanan.

Apa hal berkesan yang saya dapat dari novel ini?

Pertama : Optimisme dalam posisi titik nadir kehidupan. 

sosok Hobirin yang sama sekali tidak diperhitungkan dan bahkan ikhlas saja harga dirinya jadi bulan-bulanan mulut api kakaknya karena sama sekali tidak memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan selain ia hidup dan bisa menghirup udara, punya satu optimisme yang menghangatkan hati saya ketika ia berpikir : aku adalah pemain cadangan yang disiapkan ayahku untuk tampil di permukaan pada waktu yang tepat. 

manis sekali optimisme itu, bahkan prinsip : "bangun pagi, Let's Go!" menjadi kalimat yang saya senangi untuk diucapkan di pagi hari. Sensasi semangatnya menular!

Kedua : Meskipun Klise, Cinta. Kalau ini saya tidak bisa berpanjang-lebar... bacalah sendiri, mungkin setelah membacanya, kita akan punya pertanyaan yang sama, adakah cinta sebesar itu untuk saya dalam kehidupan yang hanya sekali ini?

Ketiga : Intrik Mafia Jalanan. Nah, intriknya kalau tidak salah hanya 2 sesi kisah, tapi cukup untuk menambah khazanah pengetahuan saya tentang langkah-langkah cerdas memanipulasi orang lain. 

mungkin itu saja...

Ah, ya. 

saya juga jatuh cinta pada sosok Bu Bos, Majikan Hobirin, Ibunya Tara. 

percakapan wawancara kerja antara Bu Bos dan Hobirin membuat saya memahami satu hal : melihat sisi baik orang lain adalah kemampuan paling mewah yang bisa dimiliki seseorang. Ketika Hobirin dengan sangat rendah hati mengingatkan Bu Bos bahwa bisa saja ia mendengar hal-hal buruk tentang dirinya dari mulut orang lain, Bu Bos menjawab bijak :

"Orang-orang membicarakan orang lain, mengurang-ngurangi, tetapi membicarakan dirinya, melebih-lebihkan"

__________________

Baiklah, itu saja.

note : bukunya saya pinjam dari perpustakaan SPIDI. Bukan buku koleksi pribadi.